Menurut
ahli bahasa, sejarah dan tarikh, asal kata tathayyur diambil dari kebiasaan orang jahiliah menghardik burung dan melihat arah terbangnya kearah kanan atau kiri
[1]. Dari sini mereka mengambil kata tathayyur….
Demikian dikatakan oleh Ibnu Abdil Barr rahimahullah dalam at-Tahmid (9/282)
Tathayyur dan thiyarah, kedua kata tersebut disebutkan dalam hadits Rasulullah shallallahu alaihi wassallam dari
hadits Ibnu Mas’ud radhiyallhu anhu:
“Tathayyur itu syirik, tathayyur itu syirik -tiga kali-, dan tidak ada di antara kita melainkan (pernah terbesit dalam hatinya sesuatu dari tathayyur)
[2]. Akan tetapi Allah subhanahu wa ta ‘ala menghilangkannya denhan tawakkal.”
Sedangkan lafadz tathayyur di antaranya terdapat dalam hadts ibnu Abbas radhiyallahu anhu tentang 70.000 orang dari umat rasulullah shallallhu alaihi wassallam yang masuk jannah (surga) tanpa hisab dan tanpa azab. rasulullah shallallahu alaihi wassallam bersabda tentang sifat mereka:
“Mereka adalah orang-orang yang tidak minta diruqyah, tidak meminta untuk di-kay, tidak pula bertathayyur dan hanya kepada Allah -lah mereka bertawakal.”
[3]
Al-Qarafi rahimahullah membedakan makna kedua lafadz tersebut. Beliau rahimahullah berkata: “Tathayyur adalah persangkaan jelek yang muncul dalam hati. sedangkan thiyarah adalah perbuatan yang dilakukan sebagai sebagai akibat dari persangkaan itu, yaitu larinya dia dari urusan yang akan dilakukan atau perbuatan yang lain.” (Al-Furuq 4/238)
Misalnya ada seorang yang akan melakukan safar. ketika ia hendak berangkat ia melihat burung gagak bertengger di sebuah pohon sambil bersuara. Muncullah ketika itu rasa takut dan khawatir dalam hatinya, jangan-jangan kesialan akan menimpa dalam perjalanan yang hendak ia lakukan. Menurut Al_quran perasaan takut dalam hati inilah yang disebut tathayyur. seandainya dia kemudian mengurungkan niatnya untuk safar dan kembali ke rumahnya karena rasa takut itu, perbuatan membatalkan perjalanan sebagai akibat dari prasangka buruknya disebut thiyarah.
Footnote
[1] Jika ia terbang ke arah kanan berarti pertanda kebaikan, namun jika ia terbang ke arah kiri artinya pertanda kesialan
[2] Kalimat dalam tanda kurung adalah kalimat yang sengaja tidak dilafadzkan karena tidak disukai. lihat Aunul Ma’bud (10/406)
[3] HR. Bukhari no. 5705 dan Muslim no. 220 dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhumma