Peringatan dari Syirik (Bag. 1)
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على رسول الله صلى الله عليه وسلم، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله وبعد
Sesungguhnya dosa-dosa yang paling terbesar disisi Allah Ta`ala ialah syirik (mempersekutukan Allah Subhaanahu wa Ta`ala).
Allah Ta`ala berfirman :
أَفَمَنْ هُوَ قَآئِمٌ عَلَى كُلِّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ وَجَعَلُواْ لِلّهِ شُرَكَاء قُلْ سَمُّوهُمْ أَمْ تُنَبِّئُونَهُ بِمَا لاَ يَعْلَمُ فِي الأَرْضِ أَم بِظَاهِرٍ مِّنَ الْقَوْلِ بَلْ زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُواْ مَكْرُهُمْ وَصُدُّواْ عَنِ السَّبِيلِ وَمَن يُضْلِلِ اللّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ
“Maka apakah Dia (Allah) yang menjaga setiap diri terhadap apa yang diperbuatnya (sama dengan yang tidak demikian sifatnya)? Mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah. Katakanlah: "Sebutkanlah sifat-sifat mereka itu!”. Atau apakah kamu hendak memberitakan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di bumi, atau kamu mengatakan (tentang hal itu) sekadar perkataan pada lahirnya saja. Sebenarnya orang-orang kafir itu dijadikan (oleh syaitan) memandang baik tipu daya mereka dan dihalanginya dari jalan (yang benar). Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka baginya tak ada seorangpun yang akan memberi petunjuk.” (QS. Ar-Ra`du : 33)
Dan syirik itu terbagi dua : syirik yang besar dan syirik yang kecil.
Adapun syirik besar, syirik ini akan mengeluarkan pelakunya dari Islam, dan diwajibkan baginya kekal di neraka, dan diharamkan baginya surga apabila dia tidak taubat darinya dan meninggal diatas kesyirikan itu.
Diantara syirik besar ialah : memalingkan satu ibadah dari ibadah-ibadah yang ada kepada selain Allah Ta`ala seperti berdo`a, nadzar, rasa takut atau sembelihan.
Firman Allah Subhaana wa Ta`ala :
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيداً
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (QS. An- Nisaa`: 116)
Dan Allah Ta`ala berfirman :
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُواْ إِنَّ اللّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُواْ اللّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah al Masih putera Maryam", Padahal al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, ber`ibadahlah kalian kepada Allah Raabku dan Rabb kalian". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolongpun”. (QS. Al-Maaidah : 72)
Diantara syirik-syirik besar ialah :
- Syirik dalam berdo`a, dan dalilnya firman Allah Ta`ala :
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
“Maka apabila mereka naik kapal mereka berdo`a kepada Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya. Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan Allah”. (QS. Al-`Ankabuut : 65)
Allah Tabaaraka wa Ta`ala mengkabarkan bahwa orang musyrikin mengikhlaskan do`a mereka kepada-Nya semata-mata ketika mereka dalam keadaan susah, dan mereka berbuat syirik kembali ketika mereka dalam kesenangan. Maka tidak bermanfaat bagi mereka keikhlasan mereka yang bersifat sementara. Lalu menunjukan kepada kita bahwa tauhid tidak akan bermanfaat kepada seseorang kecuali dia terus-menerus dalam tauhid tersebut sampai mati.
- Syirik dalam bentuk niat, keinginan dan maksud, dalilnya adalah firman Allah Ta`ala :
مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لاَ يُبْخَسُونَ # أُوْلَـئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلاَّ النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُواْ فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. Huud : 15-16)
Berkata Ibnu `Abbas radhiallahu `anhuma : “Sesungguhnya orang-orang yang riya` dalam beramal diberikan ganjaran mereka di dunia, dan mereka tidak akan dizhalimi sedikitpun. Berkata beliau kembali : “Barang siapa mengamalkan satu amalan shalih dalam rangka mencari dunia, baik puasa, shalat atau shalat tahajjud di malam hari, tidaklah dia mengamalkan kecuali untuk mencari dunia, maka Allah Subhaana wa Ta`ala berkata : “Saya akan cukupkan baginya apa yang dia cari dari dunia bentuk balasan, dan akan pupus (habis) amalan yang dikerjakan untuk mencari dunia tersebut, sementara dia di akhirat termasuk kedalam orang-orang yang merugi”.[1]
Begini diriwayatkan dari Mujaahid dan adh- Adhohaak dan dari yang lainnya.
Berkata Anas bin Malik dan al Hasan : “Ayat ini turun tentang yahudi dan nashrani”.
Dan berkata Mujaahid dan selain beliau : “Ayat ini turun pada pelaku riya`”.
Dan berkata Qataadah rahimahullahu Ta`ala : “Barang siapa yang tujuannya semata-mata dunia dan tamak dalam mencarinya serta menyesal kalau luput darinya dunia tersebut, Allah akan membalas kebajikannya tersebut di dunia, kemudian dia berangkat menuju akhirat dan tidak ada satupun kebajikan yang akan diberikan padanya. Dan adapun seorang mukmin akan dibalas kebajikan-kebajikannya di dunia dan akan diberi ganjaran atas kebajikan itu di akhirat”.[2]
Demikian juga dalam hadist Zaid bin Tsaabit radhiallahu `anhu beliau berkata : Saya telah mendengar Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam berkata :
من كانت الدنيا همه فرق الله عليه أمره، وجعل فقره بين عينيه، ولم يأته من الدنيا إلا ما كتب له، ومن كانت الآخرة نيته جمع الله له أمره، وجعل غناه في قلبه، وأتته الدنيا وهي راغمة
“Barang siapa yang semata-mata tujuannya dunia, Allah akan mencerai-beraikan urusannya, dan Dia menjadikan kefakiran didepan matanya, tidak datang kepadanya dunia kecuali apa yang sudah dituliskan baginya. Barang siapa yang niatnya akhirat, Allah akan menyatukan baginya perkaranya, Allah Ta`ala akan menjadikan kecukupan dalam hatinya, dunia akan datang kepadanya dalam keadaan tunduk”.[3]
Allah Ta`ala berfirman :
مَّن كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاء لِمَن نُّرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلاهَا مَذْمُوماً مَّدْحُوراً # وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُم مَّشْكُوراً # كُلاًّ نُّمِدُّ هَـؤُلاء وَهَـؤُلاء مِنْ عَطَاء رَبِّكَ وَمَا كَانَ عَطَاء رَبِّكَ مَحْظُوراً # انظُرْ كَيْفَ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَلَلآخِرَةُ أَكْبَرُ دَرَجَاتٍ وَأَكْبَرُ تَفْضِيلاً
“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam Keadaan tercela dan terusir. Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik . Kepada masing-masing golongan baik golongan ini maupun golongan itu Kami berikan bantuan dari kemurahan Rabb engkau, dan kemurahan Rabbmu tidak dapat dihalangi. Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). dan pasti kehidupan akhirat lebih inggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya.” (QS. Al Israa` : 18-21)
- Syirkut thoo`ah (syirik dalam bentuk ketaatan)
Allah Ta`ala berfirman :
اتَّخَذُواْ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَاباً مِّن دُونِ اللّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُواْ إِلاَّ لِيَعْبُدُواْ إِلَـهاً وَاحِداً لاَّ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Arbaaban (sesembahan) selain Allah dan juga Al masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh mengibadati Ilah yang Satu, tidak ada yang berhak untuk diibadati kecuali Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (QS. At Taubah : 31)
Dari `Adi bin Haatim radhiallahu `anhu bahwa dia telah mendengar Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam membaca ayat ini, beliau berkata :
أما إنهم لم يكونوا يعبدونهم، ولكنهم كانوا إذا أحلوا لهم شيئا استحلوه، وإذا حرموا عليهم شيئا حرموه
“Adapun sesungguhnya mereka tidak beribadat kepada orang orang alim dari rahib-rahib mereka, akan tetapi para ulama mereka apabila menghalalkan bagi umatnya sesuatu lantas umat mereka juga menghalalkan, dan apabila mengharamkan sesuatu bagi umatnya lantas mereka juga mengharamkannya”.[4]
Allah Ta`ala berfiman :
وَلاَ تَأْكُلُواْ مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَى أَوْلِيَآئِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ
“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik. (QS. Al An`aam : 121)
Maka barangsiapa yang mentaati selain Allah Ta`ala dalam mengharamkan yang halal, atau menghalalkan yang haram, lantas dia mengambil yang demikian sebagai din (agama) dan syariat, sungguh-sungguh dia telah mempersekutukan Allah Ta`ala.
Berkata as Syaikh Muhammad bin `Abdul Wahhaab rahimahullahu Ta`ala : “Barangsiapa yang mentaati para ulama dan pemimpin dalam mengharamkan apa yang dihalalkan Allah Ta`ala atau menghalalkan yang diharamkan Allah, maka sungguh telah menjadikan mereka sebagai pembuat syariat ini selain Allah”.[5]
- Syirkul mahabbah (syirik dalam bentuk kecintaan)
Dalilnya firman Allah Ta`ala :
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللّهِ أَندَاداً يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللّهِ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ حُبّاً لِّلّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُواْ إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلّهِ جَمِيعاً وَأَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang mengambil tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah, dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (QS. Al Baqarah : 165)
Berkata Ibnu Katsiir : “Allah Ta`ala telah menyebutkan keadaan orang-orang musyrikin di dunia dan tempat kembali mereka di akhirat takkala mereka telah menjadikan bagi Allah tandingan-tandingan, sekutu-sekutu dan tandingan yang mereka ibadati bersama Allah, dan mereka mencintainya seperti kecintaan mereka kepada Allah. Dan Dialah Allah, tidak ada yang berhak untuk diibadati kecuali Dia, tidak ada tandingan bagi-Nya dan tidak ada sekutu”.[6]
-Bersambung Insya Allah-
Diterjemahkan oleh al Faqiir Ila `Afwi Rabbihi, Al Ustadz Abul Mundzir Dzul Akmal bin Muhammad Kamal As Salafiy dari kitab : “Ad Durarul Muntaqoot minal Kalimaatil Mulqoot Duruusun Yaumiyyah” halaman 115-119 , karya Ad Doktor Amiin bin `Abdillah As Syaqaawiy,
[1] Tafsir Ibnu Katsir (7/422-423).
[2] Tafsir Ibnu Katsiir (7/423).
[3] Hadist dikeluarkan oleh Ibnu Maajah (4105), as Syaikh al Albaaniy di “as Shohiihah”, (950).
[4] “Sunan at Tirmidziy” (5/278) dihasankan oleh as Syaikh al Albaniy ditakhriij beliau terhadap hadist hadist “Ghaayatul Maram fi takhriij Ahaadiist al Halal wal Haram”, hal. 20.
[5] Fathul Majiid Syarh Kitaabut Tauhiid hal, 383.
[6] Tafsiir Ibnu Katsiir (1/202).
Sumber: tazhimussunnah.com