Sejatinya, Ahlus Sunnah adalah pencerah di tengah masyarakat yang jahil akan agamanya. Kalau kita menjauh dari mereka –karena merasa lebih alim barangkali dan mereka semua menyimpang- lalu siapa yang akan mengajari mereka? Oleh karena itu tetaplah berbaur dengan masyarakat dan perlahan mengenalkan kepada mereka akan agama yang mulia ini yang sesuai dengan cara beragama Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dan shahabatnya. |
Begitu juga urusan di masyarakat yang lainnya, hiduplah kita seperti manusia yang lain. Paham maksud saya?
Hiduplah kita seperti manusia yang lain tentunya dengan batas-batas syar’i, batas-batas sunnah.
Misalkan dalam urusan kemasyarakatan ada -apa yang diistilahkan dengan- Posyandu. Ada ya Posyandu di balikpapan ada? ada yaa? Saya pikir cuma di Jawa saja itu. Ternyata kita masih di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Posyandu itu sangat di himbau oleh Waliul ‘Amr terkhusus presiden menghimbau Posyandu. Kegiatan di Posyandu itu macam-macam (menimbang bayi, imunisasi, dan beberapa yang lainnya yang saya tidak tahu)
"Anu Ustadz saya kalo ke Posyandu repot, imunisasinya itu katanya kurang steril, karena bagini dan begitu, saya kalo imunisasi biasa di dokter" –kebetulan dia orang mampu yaa silahkan ndak ada masalah– Tapi ke Posyandu bisa kan tidak harus imunisasi misalkan menimbang bayi.
"O sudah ustadz ditimbang, kalo di dokter itukan timbangannya bagus, kalo di Posyandu itu kaya nimbang daging kambing itu jadi…" Kurang lebih, na’am, kurang lebih, na’am. Datang ke sana timbang bayinya, kenal sama ibu-ibu tetangga kalo sempat ya bawa buletin kasihkan kepada sebelahnya, jangan dibagikan rata gini akhirnya ngacau, jangan.
Duduk, "Assalamu’alaykum…ibu siapa ini?" "Oh ini bu Parmin" "Oh inggih yaa ini mba nya siapa?" –karena gak biasa– "Saya ummu fulan." Nah itu repot juga di kalangan awam. (Panggilan) Ummu fulan ini kadang-kadang (terdengar) bingung, aneh juga, kok ummu, semua ummu, ini ummu itu ummu.
Diterjemahkan aja dalam bahasa indonesia supaya gampang, kalo punya anak misalkan Muhammad, ini Ummu Muhammad. Kalo sama orang-orang awam, “Siapa ini??” ”Saya Ibunya Muhammad” Sama kan? sama! Ummu Muhamamd dengan Ibunya Muhammad itu sama! Orang awam gak ngerti, orang bercadar itu semua namanya sama. "Masa’ bu?" "Iya" -Ngerumpi ini- "Siapa??" "Ummu semua. Yang bapak-bapaknya semua Abu."
Na’am, orang awam gak biasa dengan cara seperti itu. “Ini kan kebiasannya para shahabat??” Iya gak papa kamu silahkan meniru para shahabat karena mereka adalah para wali-wali Allah, orang-orang yang mulia, silahkan. Tetapi di negeri kita belum siap seperti itu.
Sampai sampai di suatu hari saya pernah hadir khutbah Jum’ah di salah satu masjid di Jakarta. Si khatib ini betawi, khutbah cerita, ”Jadi para hadirin.. ketika abu bakar..begini..tiba-tiba datang abu jahal..disebelah sana ada abu lahab..” –dikomentari sama dia– ”Memang para hadirin, orang arab itu namanya serba abu, abu bakar, abu jahal, cuma abu gosok yang gak ada."
Itu.. saya ini khutbah Jum’ah, saya tahan perut saya, Ya Alloh.. ya kebetulan di situ ada beberapa teman ahlussunnah yang juga hadir. ini saya..masing-masing sama-sama tolah-toleh kalo pandang ketemu pandang itu bisa tertawa di masjid saat khutbah Jum’ah. Itu hadirin khutbah jum’ah tertawa …ggrrrrrr..grrrr….grr..
Ya Alloh, khutbah Jum’ah kayak gini Lhah bagaimana ummat akan terbina?
Ikhwani fiddin, Rahimani warahimakumullah.
Caba antum perhatikan kondisi masyarakat kita. Perintahkan isteri kita dan beberapa ummahat untuk datang ke Posyandu misalnya, menimbang bayikah atau apa yang semakna dengan itu. Na’am.
Ikhwani fiddien, Rohimani….
”Anu ustadz, kadang-kadang disetelken ini” Jarang Posyandu nyetel (musik) dangdut itu ndak ada. Na’am, sangking nemen memang bidannya suka dangdutan nemen itu, wong sedang sibuk kok nyeteli dangdut? Hampir gak ada lah. Kalo ada yaa mungkin datang di awal sekali atau di akhir sekali ya diakali lah gimana caranya.
Bayinya ditimbang walaupun timbangannya gak pas. Ditimbang di dokter 8 kg (tapi) di sana (posyandu) bisa jadi 5,5 kg "Waduh ini sudah capek-capek ‘ndolangin’ tiap hari makan, tambah kurus di Posyandu." Tiada masalah kurang lebih yang penting si bayi. Barokallohufikum.
Dan beberapa kegiatan di masyarakat yang memungkinkan, suruh istri kita berkunjung kepada tetangga. Suruh selama tidak mengandung penyimpangan atau penyelisihan syariat. Kenalan dengan tetangga. Barokallohu fikum.
Ihwani fiddin rahimani wa rahimakumullah
Masalah-masalah sunnah seperti ini adalah bimbingan Nabi shallallahu‘alaihi wasallam. Kita yang mengaku sebagai ahlussunnah harus menjadi orang terdepan dalam mengamakan sunnah-sunnah ini tadi. Harus terdepan!
Begitu juga ketika kita berada dimasjid kita menerapkan sunnah dan menghindarkan diri dari kemungkinan fitnah. Cara berpakaian ini bagus memakai tsaub (pakaian) saya katakan bagus. Tapi tolonglah pakailah tsaub (pakaian) yang rapi. Tidak harus kainnya yang mahal tapi rapi. Jangan pemandangan yang aneh menjadi semakin aneh gara-gara kita.
Contohnya, ada yang memakai gamis model pakistanan sampai mendekati lutut, dibawahnya pakai sarung, kemudian celananya kelihatan. Jadi rentet 3. Gamis, sarung, celana. Ini kata orang arabnya sendiri melihat ini pun aneh. "Ya ini apa ini model apa lagi ini?" Na’am yaa kalo antum coba naik haji atau umroh coba pakai seperti itu, sudah seperti itu celana, sarung, gamis, ya pakai rompi lagi.
Subhanallah, Subhanallah. Ya ikhwah, na’am, tolonglah pakai yang bagus, yang rapi, walaupung tidak mahal. Rapi rapi yaa rapi sehingga terkesan baik. Yaa?!
”Lho apa yang seperti ini gak berlebihan ustadz?” Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam menyatakan -perhatikan- Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam menyatakan,
اِنَّ الله ُجَمِيْلٌُ يُحِبّ ُالْجَمَالٌُ
"Allah itu indah dan menyukai keindahan" (Riwayat Muslim)
Kita hidup disebuah lingkungan. ”Ya ustadz, dulu para muhadditsin itu pakaiannya sampai begini, berdebu” Ya itu para muhadditsin hidupnya di padang pasir. Ya kalau kita pengandaiannya kalo kita kebetulan kehidupannya itu di hutan ya ndak ada masalah. Tapi kehidupan kita ini di masyarakat yang sudah dicekoki, dijejalkan kepada mereka peradaban orang-orang barat yang kafir. Di tengah anak-anak muda pakai celana Jeans, ini tiba-tiba pakai baju seperti ini. Di tengah kaum mudi wanita pada membuka auratnya dengan berbagai mode, ini menutup seluruh badannya. "Aneh" kata mereka. Ya kita menyatakan "Silahkan anda menyatakan aneh."
Tapi jangan sampai kita menjadi yang aneh ini tambah aneh dalam pandangan mereka.
Ikhwani fiddin rahimani warahimakumullah
Masih banyak hal-hal lain yang terkait dengan dakwah namun saya berharap sedikit yang kita bahas ini dapat menjadi pelajaran bagi kita semuanya untuk kita bersama-sama melakukan pembenahan di dalam dakwah ini.
Masih tersisa beberapa problematika dakwah yang lainnya yang masih belum sempat untuk saya sampaikan dalam acara daurah ini karena kajian di sore hari ini nampaknya menjadikan rangkaian terakhir daurah kita pada tanggal 5 dan 6 Rajab tahun 1430 H.
[Transkrip dari Daurah Solusi Syar'i dalam Mengatasi Problematika Dakwah Tauhid dan Sunnah oleh Al Ustadz Luqman Ba’abduh di Balikpapan]