الحمد لله رب العالمين الصلاة والسلام على رسوله صلى الله عليه وسلم، و أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله وبعد
Allah Tabaaraka wa Ta`ala berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ هُم مِّنْ خَشْيَةِ رَبِّهِم مُّشْفِقُونَ # وَالَّذِينَ هُم بِآيَاتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُونَ # وَالَّذِينَ هُم بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُونَ # وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوا وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ # أُوْلَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Rabb mereka, dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Rabb mereka, dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Rabb mereka (sesuatu apapun), dan orang-orang yang memberikan apa yang telah diberikan kepada mereka, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka. Mereka itu bersegera di dalam kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya”. (QS. Al Mu`minuun :57-61)
Dari `Aisyah radhiallahu `anha berkata, saya bertanya kepada Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam tentang ayat ini :
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوا وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ
Berkata ‘Aisyah radiallahu anha (tentang orang-orang yang memberikan apa yang telah diberikan kepada mereka dengan hati yang takut) : “(Apakah) mereka adalah peminum-peminum khomer dan pencuri-pencuri ? Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam bersabda : “Tidak ya wahai anak as Shiddiiq (Abu Bakar), akan tetapi mereka ialah orang-orang yang berpuasa, sholat, bersedeqah, dan mereka merasa khawatir tidak diterimanya amalan mereka, dan mereka itulah yang selalu bersegera dalam kebajikan.[1]
Dan sesungguhnya para sahabat Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam di dalam kesungguhan mereka mengamalkan amalan-amalan yang shalih, bersamaan juga mereka sangat takut sekali akan batalnya amalan mereka dan tidak diterimanya amalan tersebut dari mereka, padahal ilmu mereka sangat kokoh dan iman mereka sangat dalam. Berkata Abu Dardaa` radhiallahu `anhu : “Kalau saya mengetahui bahwa Allah Ta`ala akan menerima dari saya dua rakaat, itu akan lebih saya cintai dari dunia dan seisinya. Karena Allah Subhaana wa Ta`ala berfirman :
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَاناً فَتُقُبِّلَ مِن أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam, menurut yang sebenarnya, ketika keduanya menyembelih korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua dan tidak diterima dari yang lain, ia berkata "Aku pasti membunuhmu!". Jawab saudaranya : "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". (QS. Al Maaidah : 27)
Berkata `Abdullah bin Abi Mulaikah : “Saya telah bertemu dengan tiga puluh orang sahabat Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam, seluruh mereka takut akan nifaq pada dirinya, tidak ada seorangpun dari mereka mengatakan : “Sesungguhnya imannya sederajat dengan iman Jibril dan Miikail `Alaihimas Sholaatu was Salaam”.
Pembatal-pembatal amalan banyak sekali, diantaranya ada yang membatalkan seluruh amalan, seperti syirik, murtad dan nifaq yang besar. Diantaranya ada juga yang membatalkan amalan ketika itu saja, seperti mengungkit-ungkit pemberian dan selainnya. Dan disini saya akan menyebutkan secara ringkas lima perkara yang akan membatalkan amalan, semoga menjadi peringatan pada apa-apa yang selainnya :
Pertama : Syirik
Sesungguhnya syirik ini membatalkan seluruh amalan. Allah Ta`ala berfirman kepada NabiNya Muhammad Shollallahu `alaihi wa Sallam :
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, "Jika kamu mempersekutukan Allah, niscaya akan hapuslah amalan kamu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”. (QS. Az Zumar : 65)
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاء مَّنثُوراً
“Dan Kami hadapkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan”. (QS. Al Furqan : 23)
Dari Abu Sa`ad bin Abi Fadholah al Anshoriy, beliau salah seorang sahabat radhiallahu `anhu berkata, saya telah mendengar Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam bersabda:
إِذَا جَمَعَ اللَّهُ النَّاسَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ نَادَى مُنَادٍ مَنْ كَانَ أَشْرَكَ فِي عَمَلٍ عَمِلَهُ لِلَّهِ أَحَدًا فَلْيَطْلُبْ ثَوَابَهُ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنْ الشِّرْكِ
“Apabila Allah Ta`ala telah mengumpulkan manusia di hari kiamat yang tidak diragukan padanya, ada seseorang yang memanggil : “Barang siapa mempersekutukan dalam satu amalan yang telah dia amalkan karena Allah Ta`ala kepada seseorang, maka hendaklah dia meminta ganjaran amalannya tersebut selain kepada Allah Ta`ala, sesungguhnya Allah `Azza wa Jalla sangat tidak butuh kepada syirik”.[2]
Kedua : Riya`, terbagi kepada dua bagian yaitu :
Pertama, dia bertujuan dengan amalannya kepada selain Wajah Allah Ta`ala. Ini merupakan syirik besar yang menghapuskan seluruh amalan. Sebagian para ulama menamakannya dengan syirik dalam niat, keinginan dan tujuan. Allah Jalla wa `Alaa berfirman :
مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لاَ يُبْخَسُونَ # أُوْلَـئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلاَّ النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُواْ فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. Huud : 15-16)
Berkata Ibnu Katsir rahimahullahu: “Sesungguhnya pelaku riya` diberikan kepada mereka kebajikan mereka di dunia, dan dengan demikian mereka tidak akan dizholimi sedikitpun. Dan beliau berkata kembali : “Barang siapa yang mengamalkan satu amalan shalih dalam rangka mencari dunia, baik puasa, shalat atau shalat tahajjud di malam hari, tidaklah dia mengamalkannya kecuali dalam rangka mencari dunia, Allah Tabaaraka wa Ta`ala berkata : “Saya akan cukupkan (balas) yang dia cari di dunia dari bentuk ganjaran, dan akan hapus amalan yang dia kerjakan dalam rangka mencari keduniaan, sementara dia di akhirat termasuk orang orang yang merugi”.[3]
Dan riya` bagian yang kedua yaitu seseorang yang beramal satu amalan dengan bertujuan mencari Wajah Allah Ta`ala, kemudian terbetik riya` dalam dirinya setelah dia mengerjakan amalan itu, maka ini merupakan syirik kecil.
Dari Mahmuud bin Labid radhiallahu `anhu bahwa Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالُوا وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الرِّيَاءُ يَقُولُ اللَّهُ تعالى يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا جازى النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِي الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً
“Sesungguhnya sesuatu yang paling saya takuti atas kalian adalah syirik kecil”, para sahabat bertanya : “Apa syirik kecil itu wahai Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam?”, maka beliau Shollallahu `alaihi wa Sallam menjawab : “Ar-riyaa`, Allah Ta`ala berkata pada hari kiamat ketika memberikan ganjaran `amalan mereka (manusia) : “Pergilah kalian kepada orang-orang yang dulu di dunia kalian berbuat riyaa` kepadanya, kalian lihatlah, apakah kalian mendapatkan di sisi mereka ganjaran?”[4]
Dan dari Abu Sa`iid al Khudriy radhiallahu `anhu bahwa Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam berkata :
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ مِنْ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ الشِّرْكُ الْخَفِيُّ أَنْ يَقُومَ الرَّجُلُ فيصلى فَيُزَيِّنُ صَلَاتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ
“Maukah kalian saya beritahukan dengan sesuatu yang dia lebih saya takuti atas kalian dari fitnah Al-Masih Ad-Dajjal? Yaitu syirik yang sangat halus, dimana seorang lelaki berdiri melaksanakan shalat lantas shalatnya dia perindah ketika dia menyaksikan ada seseorang yang memperhatikan shalatnya”.[5]
Kadang-kadang sebahagian manusia bermudah-mudah dengan jenis syirik ini, dikarenakan namanya syirik kecil, padahal dinamakan syirik kecil kalau dibandingkan dengan syirik besar, dan padahal dia lebih besar dari seluruh dosa-dosa besar. Oleh karena itu berkata para `ulama :
- Sesungguhnya syirik kecil apabila masuk kedalam satu amalan dia akan merusak amalan tersebut dan menghapusnya.
- Sesungguhnya syirik kecil pelakunya tidak diampuni kalau dia mati dalam keadaan demikian, pelakunya tidak berada di bawah kehendak Allah Tabaaraka wa Ta`ala, sebagaimana pelaku dosa besar, bahkan dia di-adzab seukuran dosanya, Allah Ta`ala berfirman :
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيداً
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya”. (QS. An Nisaa` : 116)
Maka diwajibkan bagi setiap mukmin hendaklah dia berhati-hati dari kesyirikan dan seluruh bentuknya, dan hendaklah dia takut darinya. Sesungguhnya Nabi Ibraahim `alaihis Sholaatu was Salaam sangat takut dari kesyirikan, padahal dia adalah imam ahlit tauhid, maka dia berkata kepada Rabbnya :
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَـذَا الْبَلَدَ آمِناً وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الأَصْنَامَ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Rabbku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada meng-ibadati berhala-berhala”. (QS. Ibrahim : 35)
Berkata Ibrahim at Taimiy : “Siapa yang aman dari cobaan setelah Nabi Ibrahim `Alaihis Sholaatu was Salaam?”.[6]
Ketiga : Menyebut-nyebut amalan dan menyakiti orang yang diberi. Allah Jalla wa `Alaa berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تُبْطِلُواْ صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاء النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْداً لاَّ يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُواْ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu batu itu menjadi bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (QS. Al Baqorah : 264)
Dan Allah Subhaana wa Ta`ala berfirman :
الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ ثُمَّ لاَ يُتْبِعُونَ مَا أَنفَقُواُ مَنّاً وَلاَ أَذًى لَّهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Rabb mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS. Al Baqarah : 262)
Berkata penyair :
"أفسدت بالمن ما أسديت من حسن ليس الكريم إذ أسدى بمنان"
“Kamu telah merusak dengan menyebut-nyebut apa yang telah kamu berikan dari kebajikan, bukan seorang dermawan ketika dia memberikan kebajikan lalu dia mengungkit ungkitnya”.
Dari Abu Dzarr radhiallahu `anhu bahwa Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam bersabda :
ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمْ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ قَالَ فَقَرَأَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَ مِرَارًا قَالَ أَبُو ذَرٍّ خَابُوا وَخَسِرُوا مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْمُسْبِلُ وَالْمَنَّانُ وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ
“Tiga golongan Allah Ta`ala tidak berbicara kepada mereka di hari kiamat, tidak melihat kepada mereka, tidak merekomendasi mereka, dan bagi mereka adzab yang sangat pedih.” Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam mengucapkannya tiga kali, berkata Abu Dzarr : “Mereka yang diharamkan dan merugi, siapakah mereka wahai Rasulullah ?” Beliau Shollallahu `alaihi wa Sallam menjawab : “Seorang yang musbil (menjulurkan kain/celananya melewati mata kakinya), seseorang yang mengungkit ungkit pemberian, dan seseorang yang menjual barang dagangannya dengan sumpah dusta”.[7]
Keempat : Meninggalkan shalat Ashar
Allah Ta`ala berfirman :
حَافِظُواْ عَلَى الصَّلَوَاتِ والصَّلاَةِ الْوُسْطَى وَقُومُواْ لِلّهِ قَانِتِينَ
“Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa (sholat ashar). Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'”. (QS. Al Baqarah : 238)
Dari Buraidah radhiallahu `anhu bahwa Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam berfirman :
مَنْ تَرَكَ صَلَاةَ الْعَصْرِ حَبِطَ عَمَلُهُ
“Barang siapa yang meninggalkan shalat Ashar maka pupuslah amalannya”.[8]
Kelima : Bersumpah atas nama Allah Ta`ala (bahwa Allah Ta’ala tidak akan mengampuni dosa seseorang).
Dari Dhomdhom bin Jus al Yamaamiy berkata, saya masuk ke dalam masjid Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam tiba-tiba ada seorang syaikh memanggil saya, berkata syaikh tersebut : “Wahai Yamaamiy kemarilah engkau”, dan saya tidak mengenalnya, lalu syaikh itu berkata : “Jangan sekali-kali kamu mengatakan pada seseorang : “Demi Allah!, Allah tidak akan mengampuni dosa kamu selama-lamanya, dan Dia tidak memasukan engkau ke dalam JannahNya selama-lamanya”, lantas saya bertanya: “Engkau siapa?” - semoga Allah Ta`ala merahmatimu – beliau menjawab : “Abu Hurairah”, berkata Dhomdhom : maka saya mengatakan : “Sesungguhnya dengan kata-kata ini, salah seorang kami selalu mengucapkannya kepada sebagian keluarganya apabila dia marah atau dia ucapkan kepada istrinya, maka Abu Hurairah radhiallahu `anhu menjawab : “Sesungguhnya saya telah mendengar Rasulullah Shollallahu `alaihi wa bersabda :
إن رجلين كانا في بني إسرائيل متحابين ، أحدهما مجتهد في العبادة ، والآخر كأنه يقول : مذنب . فجعل يقول : أقصر ، أقصر عما أنت فيه . قال : فيقول : خلني وربي، قال : حتى وجده يوما على ذنب استعظمه ، فقال : أقصر . فقال : خلني وربي ، أبعثت علي رقيبا ؟ فقال : والله لا يغفر الله لك أبدا ، و لا يدخلك الله الجنة أبدا . قال : فبعث الله إليهما ملكا ، فقبض أرواحهما فاجتمعا عنده ، فقال للمذنب : ادخل الجنة برحمتي ، وقال للآخر : أتستطيع أن تحظر على عبدي رحمتي ؟ قال : لا يا رب . قال : اذهبوا به إلى النار » . قال أبو هريرة : والذي نفسي بيده ، لتكلم بكلمة أوبقت دنياه وآخرته
“Sesungguhnya ada dua orang lelaki pada Bani Israil saling cinta-mencintai, salah satunya bersungguh-sungguh dalam ibadah dan yang satu lagi pelaku dosa. Maka mulailah ahli ibadah tadi berkata kepadanya : “Berhenti, berhentilah kamu dari perbuatan dosa ini!”, berkata Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam, maka dia (si pelaku dosa) menjawab : “Tinggalkanlah saya dan Rabbku.”, berkata Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam kembali: Sampai ketika suatu hari ahli ibadah tadi mendapatkan dia (si pelaku dosa) melakukan dosa yang dia anggap besar, lalu dia berkata : “Berhentilah !”, dia menjawab : “Tinggalkanlah saya dan Rabbku, apakah engkau diutus kepada kami sebagai mata-mata?”, lantas ahli ibadah tadi mengatakan: “Demi Allah! Allah tidak akan mengampunimu selama-lamanya, dan tidak akan memasukkan kamu kedalam surgaNya selama-lamanya!”, berkata Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam : Kemudian Allah mengutus seorang malaikat kepada mereka berdua untuk mencabut ruh mereka, lalu dikumpulkan keduanya di sisi Allah Ta`ala, lalu Allah berkata kepada pelaku dosa tadi : “Masuklah kamu ke surga-Ku dikarenakan rahmatKu, dan berkata kepada ahli ibadah : “Apakah kamu sanggup untuk menghalangi rahmatKu atas hambaKu?”, dia menjawab : “Tidak ya Rabb”, Allah Ta`ala berkata : “Pergilah kalian dengan dia ini ke neraka”. Berkata Abu Hurairah radhiallahu `anhu : “Demi yang jiwa saya berada di tanganNya, sungguh dia mengatakan satu kalimat yang membinasakan dunianya dan akhiratnya”.[9]
Dari Jundub bin Abdullah radhiallahu `anhu berkata : Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam bersabda:
قال رجل : وَاللَّهِ لَا يَغْفِرُ اللَّهُ لِفُلَانٍ فقال الله عز وجل مَنْ ذَا الَّذِي يَتَأَلَّى عَلَيَّ أَنْ لَا أَغْفِرَ لِفُلَانٍ إِنِّي قَدْ غَفَرْتُ لهٍ وَأَحْبَطْتُ عَمَلَكَ
Berkata seorang lelaki : “Demi Allah! Allah tidak akan mengampuni si-fulan.”, maka Allah `Azza wa Jalla berkata : “Siapa yang bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak akan mengampuni si fulan ? Sungguh Aku telah mengampuninya dan menghapus amalan kamu”.[10]
Berkata Syaikh Muhammad bin Sholih al `Utsaimin rahimahullahu Ta`ala : “Dan hadist ini menunjukkan bahwa seseorang yang berlebihan dalam maksiat, disisinya ada husnu zhon (baik sangka) kepada Allah Tabaaraka wa Ta`ala dan pengharapan kepadaNya. Semoga saja ketika dia melakukan satu dosa kemudian dia taubat pada apa-apa diantara dia dengan Rabbnya, oleh karena itu ia mengatakan : “Biarkan saya dan Rabb saya.” Seorang manusia apabila dia mengerjakan satu dosa lalu dia bertaubat dengan taubat nashuha, lantas nafsu dia mengalahkan dia kembali, maka taubatnya yang pertama adalah shohihah, kemudian dia taubat sekali lagi, dan taubatnya juga benar, karena diantara syarat taubat ialah dia ber`azam untuk tidak kembali melakukannya, bukanlah diantara syarat taubat dia tidak akan melakukannya.
Dan lelaki ini sungguh Allah Ta`ala telah mengampuninya, mungkin saja didapatkan darinya sebab-sebab pengampunan dengan taubat, atau dosa dia bukan dosa syirik, sehingga Allah Jalla wa `Alaa memberikan keutamaan atasnya, lalu mengampuninya. Adapun kalau seandainya dia syirik dan mati tanpa taubat, sungguh tidak ada ampunan baginya, karena Allah Ta`ala berfirman :
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيداً
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah sesat kesesatan yang sangat jauh”. (QS. An Nisaa` : 116)[11]
والحمد لله رب العالمين، وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
Diterjemahkan oleh al Faqiir kepada ampunan Rabbnya Jalla wa `Alaa, al Ustadz Abul Mundzir/ Dzul Akmal bin Muhammad al Madaniy ar Rayauwiy as Salafiy Lc, dari kitab : “ad Durarul Muntaqaat minal Kalimaatil Mulqoot, Duruusun Yaumiyyah”, oleh ad Doktor Amiin bin `Abdullah as Syaqaawiy.
Buletin Ta'zhim As-Sunnah Edisi 10/IV/4 Rabi'ul Awwal 1431 H
[1] “Sunan at Tirmidziy”, (3175).
[2] “Sunan at Tirmidziy”, (3154).
[3] “Tafsir Ibnu Katsiir”,
[4] “Musnad al Imam Ahmad”, (5/428).
[5] “Musnad al Imam Ahmad”. (3/30).
[6] “Fathul Majiid”, halaman 74, as Syaikh `Abdurrahman Aalu as Syaikh.
[7] “Shohih Muslim”, (106).
[8] “Shohih al Bukhaariy”, (594).
[9] “Syarhus Sunnah”, oleh al Imam al Baghawiy- (14/384,385). `Abdullah ibnul Mubaarak di “az Zuhd” (900), Ahmad (2/323), Abu Dawud (4901), Ibnu Abi ad Dunya di “Husnuz zhon billahi” (45), “Syarhut Thohaawiy” (2/436) : “dan sanadnya hasan”, nukilan dari kitab : “al Qaulul Mufiid `alaa kitabit Tauhid”, oleh as Syaikh Ibnu al `Utsaimin rahimahullahu Ta`ala (2/502).
[10] Hadist ini dikeluarkan oleh al Imam Muslim (4/2023 nomor 2621), Ahmad (5/2,4).
[11] Lihat : “al Qaulul Mufiid `alaa Kitabut Tauhid”, (2/500) oleh as Syaikh Sholih al `Utsaimin.
Sumber: http://tazhimussunnah.com/buletin/77-pembatal-amalan.html